Kamis, 09 Juli 2009

Eksistensi Cinta


Eksistensi Cinta
Alkisah pada zaman terdahulu ada suatu daerah yang masih asri, indah, menawan dengan panorama alamnya yang masih kelihatan alami. Pak Parmin, seorang lansia yang sudah ditinggal istrinya untuk selama-lamanya. Dia tinggal bersama anak tunggalnya, Indah namanya. Indah, seorang gadis remaja yang mempesona, apabila dilihat dari dekat nampak cantik dan menarik, dan apabila dilihat dari jauh nampak anggun dan berwibawa. Dia merupakan kembang desa, tak heran jika banyak orang yang ingin meminangnya. Termasuk tiga tokoh masyarakat Cheo-ho, Marlo, dan Femo, ketiganya adalah seorang saudagar. Suatu hari Cheo-ho pergi kerumah pak parmin dengan memakai baju yang rapi, tak lupa dia menyemrotkan parfum ditubuhnya..emmm harum, sampai tercium di hidung anda bukan… maaf berlebihan. Anda pasti tahu kenapa beliau pergi kerumah pak parmin..
Yah…benar. untuk melamar anaknya. Akhirnya beliau sampai dirumah pak Parmin, pak Parmin pun kaget, dalam hati dia berkata “Ada apa ini yach..kok tiba-tiba saudagar datang”. “Pak Parmin yaa…” sapa Saudagar Cheo-ho. “Ya. Pak. Mari masuk dulu!” jawab pak Parmin. Mereka pun terlibat perbincangan menarik, ya seputar melamar sekaligus PDKT gto. Tentunya pak parmin tidak bisa menjawab langsung permintaan Cheo-ho tersebut (maklum pak parmin masih inget dengan pemuda yang nulis cerita ini, dia kan keren juga, maaf gax usah ngiri sob ,ketawa lagi….hehehehe) pak parmin harus berdiskusi dulu sama anaknya, karena pak parmin tidak bisa menjawab langsung permintaan cheo-ho, akhirnya cheo-ho pun pamit, sebelum pamit dia bilang “Kalau saya tidak bisa meminang anak bapak, saya akan bunuh diri”. Kata-kata itu mengiang-ngiang ditelinga….dan selalu teringat. Keesokan harinya Marlo melakukan hal yang sama begitu juga Femo. Pak parmin pun semakin bingung dia harus bagaimana, karena keputusannya berhubungan dengan nyawa, kalau pak parmin memili Cheo-ho maka Marlo dan Femo bunuh diri, kalau memilih Marlo maka Cheo-ho dan Femo bunuh diri, begitu juga kalau pak parmin memilih Femo, maka Cheo-ho dan Marlo akan bunuh diri. Kalau tidak memilih ketiga-tiganya, berarti bunuh diri semua dong. (milih yang nulis aja deh…heheheheh).
Tiap hari pak parmin berdoa supaya diberi petunjuk oleh Tuhan yang Maha Esa atas problema yang menimpahnya. Di tengah kekhusukannya berdo’a dia mendengar teriakan tetangga, Dok…Dok…Dok…”Pak Parmin….Pak. Pak Parmin…Pak” teriak tetangga histeris. dan pak Parmin pun keluar dari kamarnya. Ada apa pak, kok tergesah-gesah gitu? Tanya pak Parmin. “Pak Indah ….Indah….” jawab Aris (tetangga pak Parmin) dengan ternGah-ngah. “Indah Kenapa?” saut pak Parmin. “Indah kecelakaan Pak” jawab Aris kembali, pak Parmin pun bergegas menuju TKP. Setiba di TKP ternyata indah sudah tidak bernafas lagi. Waktu pun berlalu, pak parmin beserta kerabat melakukan upacara pembakaran mayat, tak ketinggalan ketiga saudagar Cheo-ho, Marlo dan Femo juga turut hadir. Cucuran air mata tak terbendung melihat pujaan hati meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Selang beberapa waktu semua orang yang takzia meninggakan almarhumah indah kecuali tiga saudagar yaitu Cheo-ho, Marlo, dan Femo.Cheo-ho duduk di samping abu (sisa pembakaran) alm Indah dengan isa tangisnya dan bersahaja menunggu dan tetap menungguh meski orang yang di sayanginya meninggalkan dia unuk selama-lamanya. Ia masih terbayang dengan sesosok Indah. Wanita yang dikagumi selama hidupnnya, hal itulah yang mengakibatkan dia tidak mau beranjak. Sedangkan Marlo sibuk mengumpulkan abu alm indah untuk di taruh labu lalu di bawa kelaut. Dan si Femo sibuk dengan kudanya berkelana. Dia tidak tahu kemana harus pergi…karena sepeninggalan sang pujaan hati. “Hidup ku sudah tak berarti lagi” suara hati saudagar Femo. Tipatkay bilang dalam serial Sung Go Kong “Beginilah cinta deritanya tiada akhir”. Derita ketiga saudagar itu lebih besar dari pada penderitaan Tipatkay. Bagai mana coba kalau cinta mati kita lenyap, dan tak kan kembali lagi.
Suatu hari Femo tiba di suatu desa terpencil, karena kehausan femo mampir kesebuah rumah warga. Tok-tok-tok, diketuklah rumah pintu itu, lalu tibalah bapak Anton untuk membuka pintu rumahnya, ketika membuka dia pun langsung menyebut nama saudagar yang mengetuk pintu rumahnya itu. Saudagar Femo yaa” ucap pak Anton dengan penuh semangat. Ternyata Femo sudah di kenal warga desa itu. Mari-mari pak saudagar, pinta pak Anton mempersilakan saudagar femo untuk duduk, bu anton pun langsung mengambilkan minum, karena melihat muka saudagar femo yang kelihatan kehausan. Mereka terlibat berbincang serius, pak Anton dan bu Anton keliahan serius mendengarkan cerita saudagar Femo. Tes..tes …tes… air mata mereka menetes dipipi. Terharu mendengar cerita saudagar Femo. di tengah asyiknya bercerita, Aldi (anak pak Anton) bertingkah senonoh, sehingga menggangu perbincangan mereka. Karena pak anton malu akan kelakuan anaknya terhadap saudagar Femo. Aldi pun diseret pak anton ke dapur. “Aaaaaaaaaaaahhhhh..ahhhhh” dengan histeris Aldi berteriak. Tak lama kemudian suara itu hilang. Tau kenapa?

Anda salah. Ternyata anak itu dibunuh oleh ayahnya sendiri. Setelah itu pak Anton balik lagi menemani saudagar Femo.” Aldi dimana pak kok sepi sekarang.” Tanya saudagar femo. “Aldi di belakang, dia sedang tidur.” Jawab pak anton. Dengan tidak sengaja saudagar Femo melihat setetes darah menempel di tangan pak Anton. Saudagar Femo tahu, apa yang dikatakan pak Anton adalah kebohongan semata. Saudagar Femo pun langsung menuju teriakan terakhir anak kecil itu…ya benar di dapur. Dengan lantang saudagar Femo berkata ”Apa yang anda lakukan pak Anton”. Pak anton terdiam dengan kepala merunduk, seperti yang anda lihat saudagar Femo, aku telah membunuh anakku sendiri (adegan ini jangan di tiru), hal ini aku lakukan karena kami punya buku warisan dari kakek yang berisi mantra yang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Dengan sepontan saudagar Femo teringat dengan orang yang di cintainya yang telah meninggal itu. “Pak buktikan dengan apa yang anda katakana itu benar” kata Saudagar Femo. Pak Anton pun membuktikannya, dengan seremonila yang dilakukan tak lama kemudian anaknya kembali hidup. Saudagar Femo pun percaya dengan apa yang telah dikatakan pak Anton. “Pak saya mohon agar pak Anton berkenan meminjamkan buku yang berisi mantra itu kepada saya” kata saudagar Femo dengan melas. Pak Anton pun meminjamkannya.
Dengan terburu-buru saudagar Femo pergi menuju tempat pembakaran alm Indah, 5 jam kemudian sampailah ditempat tujuan, tanpa basa-basi saudagar Femo langsung membacakan mantra seperti apa yang dikatakan pak Anton. Klingg…kling…kling….Indah pun hidup. “Indah….Indah….Indah…..” ketiga saudagar it terus memanggil Indah, seperti tidak percaya apa yang telah mereka lihat. “Indah” sekali lagi mereka memanggil dan berebut memeluknya. Selang beberapa waktu mereka pulang bareng menuju rumah Indah…”Indah” pak Parmin bingung, kaget dengan apa yang terjadi. Dengan kebingungannya pak Parmin berkata “Apakah ini Indah anakku?”, “Benar Pak” dengan serempak ketiga saudagar itu menjawab. Melihat kebingungan pak Parmin lantas saudagar Femo pun menjelaskan apa yang telah terjadi.
Setelah pak Parmin mengerti apa yang sebenarnya terjadi….dia nampak lebih tenang… ditengah ketenangannya pak Parmin menarik Indah kekamar (jangan berpikiran jorok bro…wah kamu itu! Hik hik) tentunya ingin menjelaskan tentang lamaran yang di ajukan oleh ketiga saudagar itu. Tak lama kemudian mereka keluar dari kamar. Indah pun tahu apa yang harus dilakukan. Di tengah keheningan Indah menjawab permintaan (lamaran) ketiga saudagar itu. Saudagar Femo engkaulah orang yang telah menghidupkan aku maka engkau pantas jadi orang tuaku. Saudagar Marlo engkau orang yang mondar-mandir sibuk mengantar abuku kelaut dengan pengabdianmu engkau layak jadi sahabat sekaligus saudaraku. Dan engkau saudagar Cheo-ho, orang yang setia menungguku meski aku telah tiada, dengan cintamu kepadaku engkau lupa akan egomu, egomu telah musnah melebur dalam cinta yang engaku miliki kepadaku. Engkau pasrahkan dirimu hanya untukku, meskipun cobaan melanda, badai menerpa, bara membakar, dingin menyusup tubuh, engkau tetap duduk disampingku meski aku sudah di alam fana. engkau tahu arti cinta sesungguhnya, dengan kesungguhanmu mencintaiku maka engkau layak jadi pendamping hidupku.
Eksistensi cinta terletak pada batiniah bukan lahiriah. Ada yang bilang “cinta pada pandangan pertama” saya kurang setujudengan pernyataan tersebut. Kalau suka pada pandangan itu agaknya baru banar. Karena ektensi cinta tidak cukup untuk ditangkap menggunakan indrawi lebih-lebih menggunakan batiniah. Bahasa manusia tidak akan pernah bisa mencukupi untuk melukiskan rasa cinta. Cinta tetap akan tersimpan dalam relung hati paling dalam, lebih dalam dari samudera dan paling rahasia, hanya sebagian kecil yang bisa terungkap oleh kata-kata, terasa lewat lapisan kulit, terhirup nan harum oleh hidung, terdengar merdu oleh telinga. Sebagiannya lewat bahasa tubuh, sebagian yang lain lewat pandangan mata yang berbinar-binar hingga terlukiskan pelangi cinta. lebih dari itu sebagian besarnya melebur dalam samudera jiwa yang tak terukur kedalamannya. Cinta menjadi misteri yang luar biasa dalam hidup kita. Carilah cinta seperti apa yang engkau inginkan bukan apa yaqng kau butuhkan. Pengen tahu maksudnya…baca cerpen selanjutnya…
Saya imam bukhori, “hidup untuk massa depan yang lebih baik”

1 komentar:

  1. salam kenal mas imam.. blog anda sungguh menginspirasi saya... salam blogger !

    BalasHapus