Rabu, 27 Mei 2009

hai...

sejarah Backrojez sebagai nama Populerku

nama asliku....imam bukhori
terlahir di Desa Kalipang- Kec. sugio. desa kecil terletak dibagian tengah agak keselatan kabupaten Lamongan. Sesosok periang, imut, gokil dan yang paling nyebelin....lebay.....heheheh....
kegiatan yang paling aku sukai selain bermain bola yaitu, nongkrong, kumpul ma temen-temen... n suka kluyuran. tapi mempunyai angan-angan yang tinggi loe...selain kehidupan yang gax jelas kesana kemari...
cita-citaku menjadi seorang bos gedheee,
tau kenapa??
dengan menjadi bos aku bisa bermanfaat bagi orang lain, misalnya membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. itukan termasuk memberi nafkah bagi orang banyak kan...
Orang bijak bilang
kegagalan itu ada dua

yaitu orang yang melakukan sesuatu tanpa berpikir, dan berpikir sesuatu tetapi tidak dilakukan.
kedua kekgagalan itu masih menyelimuti kepribadianku. aku bingung...tapi aku harus berubah...
semangat...
oh iya aku lupa ini kan bahas sejarah nama populerku


ketika itu aku duduk dibangku kelas XI IPA I disalah satu SMA negeri di lamongan, waktu itu ada guru aku memangil nama dengan sebutan bakrojez, gak tahu tuh guru asal nyletuk...dari mana juga asal nama tersebut...
tapi ketika aku nyebutin nama itu ketemen deket aku, katanya tuch nama penyanyi...trus ganti temen-temen ikutan dan akhirnya aku pakek hingga sekarang....selain nama populer banyak nama-nama lain yang dipakek temen buat manggil aku...
jadi bingung aku...punya nama samaran seabreg....

Kamis, 14 Mei 2009

TES DAN PENGUKURAN KELENTUKAN

BAB I

PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Tes dan pengukuran terhadap olahragawan merupakan tugas yang rumit karena banyak hal yang harus di perhatikan agar data yang diperoleh benar-benar valid. Hal ini butuh keahlian dan ketelitian dalam meneliti. Kondisi fisik dan psikologis olahragawan juga harus diperhatikan karena hal itu juga bisa mempengaruhi hasil penelitian.

Dalam olahraga kelentukan adalah suatu hal yang penting, semakin seseorang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi maka akan cenderung bisa meminimalisir cedera. Tinggi rendahnya kelentukan olahragawan tidak ditentukan oleh postur tubuhnya melainkan karena seringnya berlatih. Dalam makalah ini, penulis memusatkan pada model tes dan pengukuran kelentukan olahragawan. Tes dan pengukuran ini memberikan pengetahuan kita akan pentingnya mengetahui seberapa tinggi tingkat kelentukan yang ada pada diri kita, sehingga diharapkan untuk meningkatkan tingkat kelentuntukan agar terhidar atau minimal mengurangi tingkat cedera.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu:

  1. Apa arti dari tes dan pengukuran?

  2. Apa arti dari kelentukan?

  3. Bagaimana cara mengetes dam mengukur kelentukan?

  4. Apasaja macam tes pengukuran kelentukan?

  1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

  1. Untuk mengetahui pengertian dari tes dan pengukuran.

  2. Untuk mengetahui pengertian dari kelentukan.

  3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengetes dan mengukur kelentukan.

  1. Manfaat Penulisan

  1. Membantu olahragawan untuk meningkatkan kelentukan tubuhnya.

  2. Membantu kesempatan penuh bagi masyarakat untuk belajar mengetes dan mengukur kelentukan.

  3. Membantu mahasiswa menjadi manusia berintelektual.

  4. Sebagai wacana masyarakat sebagai sumber yang ingin diketahui.

BAB II

PEMBAHASAN


  1. Konsep Tes dan Pengukuran

  1. Pengertian

Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek. Alat tersebut bisa berbentuk sejumlah pertanyaan yang tertulis di atas kertas seperti; UTS, UAS, ujian masuk perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Atau juga bisa berbentuk performance tes seperti tes lari 2,4 km, tes keterampilan masuk FIK, dan lain sebagainya.

Sasaran tes tidak hanya orang atau individu sebagaimana dikemukakan diatas, melainkan juga objek atau suatu benda. Misalnya, untuk memastikan apakah jenis makanan tahu mengandung formalin atau tidak, maka harus dites laboatorium. Demikian juga untuk memastikan apakah kandungan kaporit atau belerang yang ada dalam kolam renang melebihi ambang batas atau tidak, maka harus dites laboratorium. Meskipun demikian perlu dicatat di sini bahwa dalam konteks olahraga, sasaran tes lebih banyak berupa individu.

Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi. Jadi, ketika kita telah memiliki tes dan tes tersebut digunakan untuk mengetes, maka hakekatnya kita melakukan pengukuran. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan informasi berupa angka atau bukan angka. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada benda atau kejadian berdasarkan aturan tertentu. Misalnya, kita akan mengukur tinggi badan seseorang maka yang dilakukan adalah menempatkan angka-angka (meteran) pada badan seseorang tersebut. Ketika kita mengukur kecepatan lari 100 meter, maka pada dasarnya kita memberika angka pada laju gerak lari yang dilakukan seseorang. Lalu, apa yang sebenarnya diukur dari benda atau kejadian tersebut/ yang diukur adalah indicator dari karakteristik benda atau kejadian tersebut. Sebagai contoh, kita akan mengukur “prestasi belajar”, maka indikatornya bisa berupa Indeks Prestasi Komulatif. Mengukur “kecepatan” indikatornya bias berupa waktu yang ditempuh dalam lari 100 meter.


2. Kriteria dalam Tes

2.1. Validitas Tes

Validitas merujuk pada sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur, atau dengan kata lain, apakah suatu alat ukur sesuai untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Selain hal tersebut, validitas juga memiliki makna kecermatan, yakni menggambarkan data atau informasi yang diperoleh sedetail mungkin. (tes dan Pengukuran,Ali maksum)

Ada Tiga Jenis Validitas

  • Validitas Isi

Merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.

  • Validitas Konstrak

Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.

  • Validitas Berdasar Kriteria (kriterium)

Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.


2.2 Reliabilitas Tes

Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.

Ada Lima Jenis Reliabilitas

a. Reliabilitas Tes Retes

Metode paling jelas untuk menemukan reliabilitas skor tes adalah dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua. Reliabilitas tes ulang menunjukkan sejauh mana skor pada tes dapat digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda; makin tinggi reliabilitasnya, makin rentanlah skor terhadap perubahan sehari-hari yang acak dalam kondisi peserta tes atau lingkungan testing.

b. Reliabilitas Bentuk Alternatif

Satu cara untuk menghindari kesulitan yang ditemukan dalam reliabilitas tes dan tes ulang adalah melalui penggunaan bentuk-bentuk tes lainnya. Dengan demikian, orang yang sama bisa ditest dengan satu bentuk pada kesempatan pertama dan dengan bentuk lainnya yang ekuivalen pada kesempatan kedua. Korelasi antara skor-skor yang didapatkan pada dua bentuk itu merupakan koefisien reliabilitas tes. Perlu dicatat bahwa koefisien reliabilitas semacam itu adalah ukuran stabilitas temporal dan konsistensi respons terhadap berbagai butir soal contoh (atau bentuk-bentuk tes).

c. Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability)

Dengan cara ini, dua skor didapatkan untuk setiap orang dengan membagi tes menjadi paruhan-paruhan yang ekuivalen. Jenis reliabilitas ini kadangkala disebut koefisien konsistensi internal, karena hanya dibutuhkan penyelenggaraan tunggal atas satu bentuk tes saja.

Untuk mendapatkan reliabilitas belah-separuh, masalah pertamanya adalah bagaimana membagi tes dalam rangka mendapatkan paruhan-paruhan yang paling ekuivalen.


. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha

Metode ini didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua butir soal dalam tes. Konsistensi antar soal ini dipengaruhi oleh dua sumber varians kesalahan, yaitu :

  1. Pencuplikan isi (sebagaimana dalam bentuk alternatif dan reliabilitas belah separuh).

  2. Heterogenitas dari domain yang disampelkan. Semakin homogen domainnya, semakin tinggilah konsistensi antar soal.

e. Reliabilitas Pemberi Skor

Reliabilitas pemberi skor dapat ditentukan dengan memiliki sampel lembaran tes yang diskor secara terpisah oleh dua penguji. Dengan demikian dua skor yang didapatkan oleh masing-masing peserta tes ini kemudian dikorelasikan dengan cara biasa, dan koefisien korelasi yang dihasilkannya adalah ukuran reliabilitas pemberi skor. Jenis reliabilitas ini umumnya dihitung ketika instrumen-instrumen yang diskor secara subjektif digunakan dalam riset.


2.3 Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya, terutama terkait dengan skoring yang dilakukan. dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai.

Ada Satu Jenis Objektivitas

Rater Reliability

Jika penilai yang satu dengan yang lain (rater reliability) memberikan angka yang relatif sama, maka tes tersebut dianggap objektif. Ini dapat dilakukan dengan cara dua orang penilai (tester) diminta melakukan penilaian terhadap seluruh peserta tes (testee). Kemudian hasil penilaian tester di korelasikan. Semakin tinggi koifisien korelasi maka semakin objektif suatu tes.


2.4 Normatif Tes

Setiap survei selalu mengumpulkan data mentah dari sekumpulan orang. Tetapi bagaimana Anda menentukan apa sebenarnya dihasilkan dari data tersebut? Interpretasi atas skor tes seseorang memiliki arti jika dibandingkan dengan sebuah nilai kelompok yang lebih besar, dikenal dengan nama normatif population. Norma adalah satu set skor tes yang memberikan benchmark atas perbandingan ini. Contoh, banyak tes IQ memiliki nilai rata-rata 100; berdasarkan hal ini, memungkinkan untuk menentukan apakah seseorang berada di atas atau di bawah rata-rata. Untuk membangun norma, alat ukur tersebut harus diuji cobakan pada sampel yang sesuai dengan tujuan alat ukur tersebut. Tidak hanya jumlah sampelnya tapi pemilihan sampel juga harus dilakukan dengan hati-hati, termasuk gender, umur, etnis, dan geografi. Sebagai contoh, sebuah alat ukur yang mengukur sales profile, maka sebaiknya diujicobakan ke orang-orang sales dan bukan ke anak sekolah.

  1. Konsep Kelentukan

  1. Pengertian

Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot. Ketika kita berbicara tentang kelentukan, tidak terelakkan kita mendengar istilah seperti: pembelokan (flexion), yakni yaitu gerakan ruas tubuh yang menyebabakan pengurangan (memperkecil) sudut sendi pada sumbu tranversal/horizontal atau bidang sagital; perluasan (extension), yakni gerakan ruas tubuh kearah kebalikan dari flexion yang menyebabkan penambahan (pembesaran) sudut sendi; hyperextension, yakni di mana sudut dari suatu sambungan persendian diperluas di luar cakupannya yang normal; persendian ganda , yakni suatu kondisi yang hampir tidak ada, tetapi meskipun demikian istilah tersebut digunakan ketika mengacu pada seseorang dengan kelentukan yang tidak biasa di dalam posisi-posisi tertentu; dan akhirnya, musclesboundness (otot tak berbatas), yakni satu istilah yang digunakan untuk menguraikan kasus-kasus dari kekakuan (tak memiliki kelentukan) yakni ketika seseorang mengalami perkembangan otot yang bagus sekali. Dengan mengabaikan bagaimana Anda menggambarkan atau menguraikannya, kelentukan menyediakan dimensi-dimensi lain kinerja yang membiarkan suatu tingkat kebebasan gerakan dan kesenangan gerakan yang lebih tinggi digabungkan dengan beberapa implikasi penting akan keselamatan yang lebih besar dari cidera. Lebih dari itu, pengukuran kelentukan menyoroti konsep-konsep lain yang harus dikenali dengan baik guna memilih dan memberi penilaian (sore) test-test yang tersedia. Contoh, kelihatan perlu mengidentifikasi dua jenis test kelentukan:

  1. Tes Kelentukan Relatif, dirancang menjadi relatif dengan panjangnya atau lebar dari suatu tubuh yang spesifik memisahkan inci-inci menguji pengukuran anda tidak hanya gerakan, namun juga panjang atau lebar dari bagian tubuh yang mempengaruhi.

  2. Tes Kelentukan Absolut , di mana pengukuran anda hanya gerakan yang berhubungan dengan sasaran/tujuan kinerja yang absolut. Sebagai contoh, pada pemisahan anda menentukan jarak antara lantai (yang menjadi sasaran) dan duduk seseorang.

Lebih lanjut, skor kelentukan mungkin dilaporkan sebagai hasil pengukuran linier, di mana skor-skor terjadi dalam ukuran inci-inci atau milimeter-milimeter seperti yang ditentukan dari penggunaan ukuran pita, ukuran, atau flexomeasure,; dan pengukuran berputar, di mana skor-skor terjadi di dalam tingkat perputaran seperti yang ditentukan oleh pemakaian busur derajat, pengukur sudut, atau flexometer. Meski kelentukan menghubungkan dengan beberapa kemampuan motor secara minimal, ia biasanya dianggap sebagai satu faktor penting di dalam aktivitas tertentu, seperti diberikan contoh oleh kelenturan penyelam dan membentang di udara; atau oleh perenang yang melaksanakan gaya kupu-kupu dengan tendangan ekor ikan dolfin. Karena sulit untuk menentukan berapa banyak perluasan pembelokan adalah baik atau jelek untuk perorangan, pelatih dan siswa harus mengevaluasi tingkat yang diperlukan pada setiap sambungan spesifik di dalam bidang merampas kinerja dan keselamatan di dalam aktivitas atau bagian dari tubuh yang terlibat. Kelentukan biasanya juga disebutkan ketika seseorang sedang menggambarkan kebugaran fisik. Kehilangan kelentukan sering kali dicatat sebagai salah satu tanda pertama mengeluarkan bentuk.


  1. Penggunaan Tes Kelentukan

Beberapa cara di mana tes kelentukan digunakan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai suatu faktor di dalam tes kebugaran fisik.

  2. Sebagai suatu alat untuk menentukan potensi di dalam aktivitas olahraga-olahraga tertentu.

  3. Sebagai suatu alat untuk menentukan prestasi dan tingkat keahlian ketika kinerja kelentukan adalah sasaran spesifik di dalam unit pengajaran.

  4. Sebagai suatu alat untuk mendiagnosa tingkat suatu luka/cidera terdahulu atau penyebab tubuh menjadi lemah.

Alat yang digunakan untuk mengukur kelentukan


3. Ujian-Ujian Praktis Kelentukan

Leighton Flexometer dan electrogoniometer biasanya dianggap sebagai instrumen yang paling akurat untuk pengukuran kelentukan; bagaimanapun, tes yang diberikan bisa digunakan dengan teliti dan memuaskan dengan satu instrumen yang murah, flexomeasure aluminium, kepada sekolah-sekolah yang tidak mempunyai peralatan yang semakin mahal. Sementara tes yang diberikan dalam halaman-halaman berikut berisi norma-norma usia-perguruan tinggi, melengkapi norma-norma dasar (tingkat satu sampai enam) tersedia dari Brown dan Littleman Company. Norma-norma untuk kelas-kelas tiga dan empat ditampilkan di Appendix H.


4. Macam-macam Tes Kelentukan

4.1 Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi

Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujungjari-ujungjari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus.

Spesifikasi olahraga: (1) Melompat, menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan kepada jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain.

Tingkatan Usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu tes untuk kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan.

Reliabilitas (keandalan): Suatu r dari 94 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan berhubungan.

Obyektifitas: Suatu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang tidak berpengalaman.

Validitas (Kebenaran): Validitas diterima untuk tes ini.

Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan tape. Lihat appendix l untuk tes lainnya tanpa menggunakan flexomeasure.

Petunjuk: (1) Baris tanda 15-inch dari alat ukur dengan satu baris di atas lantai dan beri tali pita ujung dari tongkat ukur ke lantai sehingga kasus flexomeasure (sisi jendela) menghadap ke bawah. (2) duduk dan luruskan tumitmu dekat tepi tanda 15-inch dan luncurkan tempat dudukmu pada luar angka kosong sebagai akhir dari ukuran. (3) Harus mempunyai suatu teman yang berdiri dan mengait jari kakinya melawan terhadap tumitmu. Juga, mempunyai satu pembantu di masing-masing sisi untuk memegang lutut-lututmu di suatu posisi yang terlihat sebagaimana Anda persiapkan untuk melakukan peregangan. (4) Dengan tumit tidak lebih dari 5 inci terpisah, pelan-pelan lakukan peregangan maju, selagi mendorong alat flexomeasure sejauh dan sepanjang mungkin dengan ujung-ujung jari dari kedua tangan. Ambil kesempatan bacamu di dekat ujung dari alat flexomeasure.

Menentukan skor: Dari tiga percobaan terbaik yang diukur pada perempat yang paling dekat dari suatu inci adalah hasil skor test mu.


Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi di Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

23¾ - lebih

Dikedepankan/Canggih

25¾ - lebih

21¼ - 23½

Adv. Intermediate/antara

22 - 25½

18¾ - 21

Intermediate/antara

20 - 22¼

17 - 18½

Adv. Pemula

18 - 19¾

Di bawah - 16¾

Pemula

Di bawah - 17 ¾


4.2 Tes Bridge-up

Tujuan: Untuk mengembangkan hyperextension tulang belakang.

Spesifikasi Olahraga: (1) gerakan kupu-kupu; (2) gerakan loncat tinggi; (3) latihan gandar keseimbangan dan lantai yang merupakan keahlian di dalam senam; (4) gerakan-gerakan tarian modern dan tari balet.

Tingkatan Usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai test untuk anak laki-laki dan anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .97 ditemukan ketika skor terbaik tiga percobaan direkam dari ujian terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Suatu r dari .99 ditemukan ketika penilai dari seorang penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari seorang penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran: Kebenaran adalah bisa diterima untuk tes ini jika para siswa cukup kuat untuk meluas tubuh mereka dari lantai.

Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukuran dan penggaris pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat itu berada paling dekat dengan angka kosong di ujung dari alat ukur. Lihat Catatan tambahan I untuk test lain tanpa flexomeasure.

Petunjuk: (1) Asumsikan suatu posisi terlentang (berbaring tengkurap) di atas lantai (atau matras) dan miringkan kepalamu ke belakang ketika Anda mendorong ke depan, bentuklah punggungmu seperti cincin busur selagi ia berjalan, tangan dan kaki menutup bersama-sama sedekat mungkin. (2) Mitra mu, berada pada satu sisi, menempatkan angka kosong di ujung dari alat ukur pada matras atau lantai dan meluncurkan alat flexomeasure secara tegak lurus sampai pemandu penggaris menyentuh titik yang paling tinggi dari tulang belakangmu yang dilengkungkan. Pembacaan (kepada perempat paling dekat dari inci) diambil di alat jendela yang lebih rendah (garis C-D).

Menentukan Skor: Skor terbaik (pada perempat paling dekat dari inci) dari tiga percobaan direkam dan lalu dikurangi dengan dari tingginya berdirimu (lantai sampai pusar).

Contoh:

Tingginya berdiri = 46 inci (lantai kepada pusar)

Bangun lengkung terbaik = 30

Skor 16 inci


Semakin dekat bangun lengkungmu, dapat menaik ke tingginya pusar berdirimu, semakin baik skor yang kamu peroleh. Jadi, semakin sedikit perbedaan, semakin baik kinerja.

Penunjuk Tambahan: (1) ibu jarimu harus di sebelah telinga-telingamu ketika Anda mendorong tubuh Anda menaik dari lantai. (2) jika anda terlalu lemah untuk mendorong naik, kepalamu boleh tetap di atas lantai ketika Anda melengkungkan punggungmu untuk pengukuran. (3) Jangan terlalu tegang pada bangun lengkungmu untuk suatu skor yang baik. Itu hal terbaik untuk berlatih pada satu periode waktu yang diperluas dan seperti itu menghindarkan cidera. (4) Penguji perlu meluncurkan alat menaik dengan cepat untuk dapat pembacaan yang benar karena latihan ini sulit bagi beberapa individu untuk melakukannya.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 orang wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.


Laki-laki

Tingkatan

Wanita

(inci)

( centimeters)

(inci)

(centimeters)

12,5 – kurang

31,8 – kurang

Dikedepankan/Canggih

11,75 - kurang

29,8 - kurang

16,25 – 12,75

41,3 – 32,4

Adv. Intermediate/antara

15,00 – 12,00

38,1 – 30,5

20,75 – 16,50

52,7 – 41,9

Intermediate/antara

17,75 – 15,25

45,1 – 38,7

28,25 – 21,00

71,8 – 53,3

Adv. Pemula

20,75 – 18,00

52,7 – 45,7

Lebih tinggi -28,50

Lebih tinggi -72,4

Pemula

Lebih tinggi -21,50

Lebih tinggi -54,6


4.3 Tes Front-to-Rear-Splits

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan kaki-kaki dari depan ke belakang. Sasarannya adalah untuk mendapat cabang sedekat mungkin dengan lantai.

Spesifikasi Olahraga dan Tari: (1) Saat Melompat; (2) saat latihan lantai dan gandar keseimbangan; (3) gelung tarian (figur skating, tari balet dan tarian modern, dll.).

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi dengan latihan tambahan direkomendasikan untuk para siswa dasar sebelum pengujian.

Jenis Kelamin; Memuaskan bagi suatu test untuk kedua-duanya baik anak laki-laki dan anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .91 ditemukan ketika skor terbaik tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran: kebenaran diterima untuk tes ini.

Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan penggaris pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat itu berada pada paling dekat dengan angka kosong di ujung dari ukuran.

Petunjuk: (1) Dari suatu posisi berdiri, kangkangkan kaki dari depan ke belakang dan turunkan selangkang sedekat pada mungkin pada lantai. Buatlah suatu gerak perlahan tanpa memantul. (2) Ketika Anda menurun, satu orang asisten harus diposisikan di belakang anda dengan alat ukur pada posisi angka kosong di atas lantai. (3) Ketika anda menjangkau titik yang paling rendah, alat itu diangkat ke atas sampai pemandu penggaris berhenti di bawah selangkanganmu. Pembacaan angka untuk perempat yang paling dekat dari suatu inci dilakukan pada jendela yang tampak pada garis (CD) yang lebih rendah.

Menentukan Skor: Skor terbaik dari tiga percobaan direkam sebagai skor kinerja.

Petunjuk Tambahan: (1) Lutut yang harus dikunci pada saat pengukuran. (2) Tangan-tangan pemain itu boleh menyentuh lantai untuk keseimbangan selama pengujian.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita perguruan tinggi pada Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

(inci)

( centimeters)

(inci)

(centimeters)

2 – 0

5,1 – 0

Dikedepankan/Canggih

1,50 – 0

3,8 – 0

6,25 – 2,25

15,9 – 5,7

Adv. Intermediate/antara

4,50 – 1,75

11,4 – 4,4

12,25 – 6,50

31,1 – 16,5

Intermediate/antara

8 – 4,75

20,3 – 12,1

15,75 – 12,50

40,0 – 31,8

Adv. Pemula

9,75 – 8,25

248 – 21,0

Di atas – 16

Di atas – 40,6

Pemula

Di atas -10

Di atas – 25,4


4.4 Tes Merobek Sisi

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin dengan lantai.

Spesifikasi Olahraga dan Tarian: (1) Melompat, berlatih lantai, dan gandar keseimbangan; (2) tarian modern dan tari balet.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk kedua-duanya, anak laki-laki dan anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .92 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yag berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran: kebenaran diterima untuk tes ini.

Peralatan: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits.

Petunjuk: Sama seperti untuk Tes front-to-Rear Splits Test, kecuali melebarkan kaki-kaki terpisah (sisi kepada sisi) sampai selangkanganmu sedekat mungkin pada lantai.

Menentukan Skor: Sama dengan Tes front-to-Rear Splits, kecuali penggunaan skala yang ditampilkan di dalam Tabel 6-4.

Petunjuk tambahan: (1) Lutut harus dikunci pada saat pengukuran. (2) Tangan-tangan pemain itu boleh menyentuh lantai untuk keseimbangan selama perjanjian (3) Kemiringan pemain itu harus tidak menggeser posisi vertikal sebelumnya selama pengukuran.

Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

3 – 0

Dikedepankan/Canggih

2,75 – 0

8 – 3,25

Adv. Intermediate/antara

7,50 – 3

17,50 – 8,25

Intermediate/antara

16,75 – 7,75

2250 -1775

Adv. Pemula

21,50 – 17

Di atas – 22,75

Pemula

Di atas – 21,75



4.5 Tes Tingginya Bahu dan Pergelangan Tangan

Tujuan: Untuk mengembangkan kelentukan bahu dan pergelangan tangan. Catatan: karena sulit untuk mengangkat bahu di dalam test ini tanpa membentangkan pergelangan tangan, maka pergerakan dua persendian ini dikombinasikan untuk menghasilkan skor.

Spesifikasi Olahraga: (1) Olahraga senam (Keahlian latihan senam halang rintang dan senam lantai); (2) Gaya kupu-kupu dalam berenang; (3) gulat.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .93 ditemukan ketika skor terbaik tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran: kebenaran diterima untuk tes ini

Peralatan: Flexomeasure dengan alat ukur dan penggaris pemandu ukuran disisipkan, ditambah satu alat ukur yang lebih besar. Pastikan garis A-B dari alat itu adalah berada paling dekat dengan angka kosong di ujung dari ukuran. Lihat catatan tambahan I untuk teks lain tanpa flexomeasure.

Petunjuk: (1) Asumsikan suatu posisi bertiarap (menelungkupkan) dengan lengan mu lurus dan menyerap alat ukur ekstra tentang lebar bahu terpisah. (2) Naikkan tongkat ukur ke atas setinggi mungkin ketika kamu memelihara dagu mu di atas lantai dan siku-siku lurus. (3) Ketika Anda menaikkan tongkat ukur, satu orang asisten harus diposisikan aku di depanmu dengan alat ukur pada posisi angka kosong di atas lantai. Ketika anda menjangkau titik yang paling tinggi, alat itu diangkat dengan tegak lurus naik sampai garis pemandu berhenti di bawah tongkat ukurmu dan di titik tengah di antara tanganmu. Pembacaan untuk perempat yang paling dekat dari inci dilakukan di alat jendela di garis C-D yang lebih rendah. (4) Ukur panjang lenganmu dari proses akromion (ujung dari lengan tangan pada sambungan) kepada pertengahan ujungjari. Menggunakan flexomeasure, selanjutnya tempatkan alat ukur pada posisi angka kosong di sebelah pertengahan ujungjari mu (seperti ketika lengan tangan tergantung) dan naikkan alat flexomeasure sampai garis A-B berhenti menyentuh proses akromionmu. Lakukan pembacaan yang mendekati perempat inci pada garis A-B (alas dari alat).

Menentukan Skor: Daya angkatmu yang terbaik dari tiga percobaan dikurangi dengan panjang lenganmu.

Contoh: panjang lengan = 30 inci

Daya angkat terbaik = 16

Skor = 14 inci


Daya angkat lengan tanganmu yang semakin dekat ke panjang lenganmu, maka semakin baik skormu. Jadi, skor kosong akan menjadi skor yang sempurna.

Petunjuk Tambahan: Walaupun beberapa individu sangat fleksibel sehingga mereka dapat menggerakkan tongkat melebihi titik vertikal yang paling tinggi, pengukuran harus diambil di titik vertikal yang paling tinggi.

Tabel didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 orang wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

6 – 0

Dikedepankan/Canggih

5,50 – 0

8,25 – 6,25

Adv. Intermediate/antara

7,50 – 5,75

11,50 – 8,50

Intermediate/antara

10,75 – 7,75

12,50 – 11,75

Adv. Pemula

11,75 – 11

Di atas – 12,75

Pemula

Di atas – 12



4.6 Tes Perluasan Batang Tubuh dan Leher

Tujuan: Untuk mengembangkan kemampuan untuk meluaskan batang tubuh dan leher.

Spesifikasi Olahraga: (1) Olahraga senam (latihan lantai, balok); (2) gaya kupu-kupu dan gulat.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .93 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang telah berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran: kebenaran/validitas diterima untuk tes ini

Peralatan: Alat flexomeasure dengan alat ukur dan garis memandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat itu berada pada angka kosong dekat dengan ujung dari alat ukur ekstra, Lihat appendix I untuk test lain yang tanpa flexomeasure.

Petunjuk: (1) Suruhlah seorang asistenmu untuk mengukur panjang batang tubuh dan lehermu dengan mengambil jarak kepada perempat inci terdekat antara ujung hidungmu dan tempat duduk dari kursi dimana anda sedang duduk. Posisimu harus lurus dengan dagu yang merupakan posisi nol dari alat ukur ditempatkan di antara kaki-kaki mu dan tempat duduk di kursi. Berikutnya, alat flexomeasure diangkat sampai alas dari garis pemandu menyentuh ujung hidungmu. Asistenmu harus merekam hasil yang terbaca pada dasar alat tersebut (garis A-B). (2) Asumsikan suatu posisi bertiarap (menelungkupkan) di suatu matras, dan dengan tangan-tangan mu yang berhenti di bagian kecil punggungmu, angkat batang tubuhmu naik setinggi mungkin dari lantai. Seorang mitra perlu menjaga pinggangmu dengan menempatkan tangannya di belakang paha (dasar dari pantat). Asistenmu, yang bertempat di depan, meletakkan alat ukur dengan posisi angka nol di atas matras dan meluncurkan alat flexomeasure dengan tegak lurus naik sampai pinggiran atas dari garis pemandu menyentuh ujung hidungmu. Pembacaan atas hasil pengukuran dilakukan di jendela yang terpampang pada garis terendah (C - D).

Menentukan Skor: Kurangi tiga daya angkat terbaikmu dari skor panjangnya batang tubuh dan lehermu.

Contoh: Panjangnya batang tubuh dan leher = 32 inci

Daya angkat otot bahu terbaik = 15

Skor 17 inci

Semakin dekat daya angkat otot bahumu kepada panjang otot bahu dan leher yang diperkirakan, semakin baik skormu. Jadi, sebuah skor kosong akan menjadi sempurna.


Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

3 – 0

Dikedepankan/Canggih

2 – 0

6 – 3,25

Adv. Intermediate/antara

5,75 – 2,25

8 – 6,25

Intermediate/antara

7,75 – 6

10 – 8,25

Adv. Pemula

9,75 – 8

Di atas – 10,25

Pemula

Di atas – 10



4.7 Test Perputaran Bahu

Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling mungkin.

Spesifikasi Olahraga: (1) Gaya kupu-kupu, gaya lintas tayang, dan gaya punggung di dalam berenang, (2) pindahkan dan memasukkan ke dalam ring (besi lingkar), palang yang tidak seimbang, dan palang horisontal di dalam olahraga senam.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .97 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran/Validitas : kebenaran/validitas diterima untuk tes ini

Peralatan: 60 inci dari tali dan flexomeasure dengan alat ukur dan tongkat pemandu disisipkan.

Petunjuk: (1) tangkap salah satu ujung tali untuk dengan tangan kirimu dan tangkap tali dengan tangan kananmu dengan cara seperti beberapa inci jauhnya. (2) Lebarkan kedua lengan untuk memenuhi panjang di depan dadamu dan putarlah tali melewati atas kepalamu. Ketika Anda menemui balasan dalam memutar bahu-bahumu, anda harus membiarkan tali untuk meluncur di dalam genggaman tangan kananmu sehingga lengan itu dapat melebar dan membiarkan anda untuk menurunkan tali sampai berhenti menyilang punggungmu. (3) Usahakan lenganmu tetap terkunci, putar ke posisi awal dan ukur banyaknya inci tali di antara ibu jari dari tangan-tanganmu. Sedikitnya jumlah jarak mengindikasikan kinerja yang lebih baik. (4) Amankan lebar bahu maksimum menjauhkan punggung dari deltoid ke deltoid dengan menggunakan flexomeasure.

Menentukan Skor: lebar bahumu dikurangi dari jumlah semua inci dari skormu yang terbaik dari tiga percobaan.

Contoh: Percobaan terbaik = 30 inci

Lebar bahu = 19

Skor = 11 inci


Jadi, semakin turun skor, semakin baik kinerja.


Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

7 – kurang

Dikedepankan/Canggih

5 – kurang

11,50 – 7,25

Adv. Intermediate/antara

9,755 – 5,25

14,50 – 11,75

Intermediate/antara

13 – 10

19,75 – 14,75

Adv. Pemula

17,75 – 13,25

Di atas - 20

Pemula

Di atas – 18


4.8 Tes Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)

Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki (penekukan tapak kaki)

Spesifikasi Olahraga dan Tari: Berenang, menyelam, olahraga senam, tarian dan menyelam, perluasan mata kaki menambah keindahan gerakan selagi di dalam renang dan saat melompat dimana ia menambah daya guna (efisiensi) mekanik.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .93 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran/validitas: kebenaran/validitas diterima untuk tes ini

Peralatan: Alat flexomeasure dengan alat ukur dan garis pemandu disisipkan. Pastikan garis A-B dari alat berada di dalam angka kosong dekat dengan ujung alat ukur. Lihat Catatan Tambahan C-2 untuk test yang lain dengan busur derajad.

Petunjuk: (1) Lepaskan sepatu-sepatumu dan ambil suatu posisi duduk di atas lantai dengan kaki kananmu selurus mungkin. ( 2) Perintahkan asistenmu menempatkan posisi alat ukur pada angka nol di atas lantai dan meluncurkan alat mengarah ke bawah sampai pemandu garis berhenti ke seberang titik yang paling rendah dari tulang tulang kering. (3) Lebarkan mata kaki mengulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki (tidak juga jari kaki atau kura-kura kaki) selama perluasan maksimum. (4) Ulangi pengukuran di titik yang paling tinggi dari kaki. (5) Rekam/catat perbedaan antara garis kaki bagian atas (selama perluasan ) dan garis tulang kering terendah kepada salah satu yang paling dekat - delapan inci untuk masing-masing kaki.

Menentukan Skor: Rata-rata perbedaan kaki kanan dengan perbedaan skor kaki kiri dan membandingkan kinerjamu kepada skala di Tabel 6-8.


Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

0,75 – Kurang

Dikedepankan/Canggih

0,50 – Kurang

1,50 – 1

Adv. Intermediate/antara

1,25 – 0,75

2 – 1 ,75

Intermediate/antara

1,75 – 1,50

3 – 2,25

Adv. Pemula

2,25 – 2

Di atas – 3,25

Pemula

Di atas – 2,50


4.9 Tes Pembelokan Mata Kaki (Pembelokan Dorsi)

Tujuan: Untuk mengembangkan pembelokan mata kaki dan meregangkan gastroknemius (anak sapi) dan tumit.

Spesifikasi Olahraga: (1) Landasan pendaratan pemain depan dari jarak horisontal melompat dan melompat; (2) kelebihan bersandar seperti dalam gulat; (3) penerbangan dari lompatan ski.

Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi.

Jenis Kelamin: Memuaskan sebagai suatu test untuk anak laki-laki dan anak-anak perempuan.

Keandalan: Satu r dari .88 ditemukan ketika skor terbaik dari tiga percobaan direkam dari tes yang terpisah dan dihubungkan.

Obyektifitas: Satu r dari .99 ditemukan ketika skor-skor dari satu penguji yang berpengalaman dihubungkan dengan skor-skor dari satu penguji yang kurang pengalaman.

Kebenaran/validitas: kebenaran/validitas diterima untuk tes ini.

Peralatan: Suatu tongkat ukur atau pita-ukur diperlukan.

Petunjuk: Mundur dari suatu dinding, jagalah tumit datar di atas lantai, dan bersandar ke dalam tembok menyentuh tangan, dagu, dan dada. Kembangkanlah jarak sebanyaknya antara tembok dan tumit berdiri sedatar mungkin. Tangan-tangan itu bisa diperlebar menjauhi dinding ketika Anda tunduk dan menyentuh dagu dan dada, hanya saja tubuh dan lutut harus tetap dijaga lurus. Perintahlah asistenmu mengukur jarak antara garis jari kaki dan tembok (setelah persandaran terbaik ke depan dibuat dengan tumit datar di lantai). (2) Perintahkan asistenmu untuk mengukur tinggi badan yang berdiri dari lantai ke dagu.

Menentukan Skor: Kurangi jarak persandaranmu yang terbaik dari tingginya berdiri tubuhmu (dari lantai ke dagu) dan bandingkan kinerjamu kepada skala di Table 6-9. Biarkan tiga percobaan bersandar ke tembok dan rekam/catat salah satu yang terbaik pada perempat inci yang terdekat.

Contoh: Tingginya Berdiri = 53 inci (lantai kepada dagu)

Persandaran Terbaik = 33

Skor 20 inci


Semakin dekat jarak bersandarmu ke jarak tingginya berdirimu, semakin baik skormu. Jadi, skor kosong akan menjadi sempurna.

Tabel yang didasarkan pada sejumlah 100 orang laki-laki dan 100 wanita-wanita pada perguruan tinggi Corpus Christi State University, Corpus Christi, Tx., 1977.

Laki-laki

Tingkatan

Wanita

26,50 – Lebih sedikit

Dikedepankan/Canggih

24,25 – Lebih sedikit

29,50 – 26,75

Adv. Intermediate/antara

26,50 – 24,50

32,50 – 29,75

Intermediate/antara

30,25 – 26,75

35,25 – 32,75

Adv. Pemula

31,75 – 30,50

Di atas – 35,50

Pemula

Di atas – 32


  1. Permasalahan dari Pengukuran

Beberapa permasalahan bersifat nyata di dalam mengukur kelentukan siswa dengan teliti. Pertama-tama, guru atau pelatih harus memutuskan apakah skor ujian harus berhubungan dengan panjang atau lebar dari suatu bagian tubuh atau absolut dalam kaitan dengan menggunakan istilah apa yang siswa dapat lakukan berkaitan dengan suatu tujuan yang ditentukan dari kinerja. Secara umum, metode absolut diinginkan ketika latihan kelentukan dan pengujian kelentukan adalah untuk tujuan-tujuan dari kinerja olahraga. Melihat kembali contoh sebelumnya dari gerakan splits, di dalam pengujian kelentukan yang absolut, anda pada kenyataannya berkata, "Aku tidak mempedulikan betapa jangkung atau pendek anda, aku hanya ingin mengetahui seberapa dekat anda dapat menurunkan tempat dudukmu ke lantai."

Ke dua, kita telah lama mengetahui bahwa kelentukan sangat spesifik secara alami. Ini untuk mengatakan bahwa anda boleh jadi sungguh fleksibel dalam satu bidang tubuh dan hanya sedikit fleksibel di bagian yang lain. Jadi, kita secara umum mematahkan permasalahan atas temuan yang hanya satu item kelentukannya di suatu tes kebugaran fisik. Sementara itu satu item dapat menjadi ideal untuk beberapa siswa, namun bisa jadi menjadi pilihan yang buruk untuk siswa yang lain. Oleh karena itu, kita benar-benar perlu menyajikan suatu pilihan satu item di luar dari tiga materi kelentukan untuk membiarkan masing-masing siswa melaksanakan satu pilihan yang paling berhasil untuk dia, baik pria maupun wanita.

Tes-tes praktis tertentu ketiga, seperti tes gerakan splits depan ke belakang dan perputaran bahu, adalah menghabiskan waktu karena kesulitan mendapatkan para siswa dasar untuk mencapai posisi yang benar. Bagaimanapun, masalah ini dapat dikurangi dengan memberikan peraga-peraga yang tersedia atau gambar-gambar yang ditempatkan untuk membantu persiapan masing-masing siswa sebelum menjalani ujian.

Dan akhirnya, ada suatu kebutuhan akan skala penentuan nilai dan norma-norma di tingkat dasar, yunior dan senior.


  1. Penemuan dan Kesimpulan-kesimpulan dari Pengukuran Kelentukan dan Riset

Mengenai sifat alami Kelentukan

Kelentukan tidak ada sebagai suatu karakteristik umum yang tunggal, tetapi lebih sebagai suatu kemampuan sangat spesifik kepada setiap persendian dari tubuh. Jadi, seseorang yang sangat fleksibel dalam satu gabungan-gabungan, bisa rata-rata di dalam gabungan yang lain, dan sangat tidak fleksibel di dalam bagian yang ketiga.

Seperti komponen-komponen lain dari kebugaran fisik, kelentukan dapat diperbaiki melalui latihan. Banyak studi-studi mandiri yang mengungkapkan perbaikan penting sebagai hasil dari latihan yang reguler/teratur.

Anak-anak, usia 6 sampai 2, secara umum jadinya semakin lebih fleksibel tiap tahun sampai mereka menjangkau masa remaja. Lebih dari itu, studi dari anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan yang diperbandingkan berdasarkan usia setuju bahwa anak-anak perempuan secara umum lebih fleksibel.


  1. Mengenai Efek dari Latihan, Prosedur Latihan Olahraga dan Pendidikan Permulaan pada Kelentukan

Prosedur latihan kelentukan spesifik yang disertai metode peregangan statis dan metode peregangan balistik telah dipelajari dengan hasil signifikan yang dilaporkan untuk masing-masing. Meski tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua metode, penelitian Riddle menandai masing-masing metode untuk bersifat superior terhadap suatu kombinasi keduanya. Di tahun terakhir, bagaimanapun, pendidik-pendidik jasmani dan pelatih-pelatih atletik lebih menyukai metode peregangan yang statis, mereka mengaku lebih sedikit kesempatan otot untuk mencair dan tegang. Banyaknya dukungan pada peregangan yang statis ini berdasar pada riset/penelitian dari de Vries.








BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Dari bab pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

  • Definisi tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai individu atau objek.

  • Pengukuran dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan informasi

  • Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot

  • Macam-macam kelentukan bermacam-macam jenisnya, antara lain:

  1. Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi

  2. Tes Bridge-up

  3. Tes Front-to-Rear-Splits

  4. Tes Merobek Sisi

  5. Tes Tingginya Bahu dan Pergelangan Tangan

  6. Tes Perluasan Batang Tubuh dan Leher

  7. Test Perputaran Bahu Tes

  8. Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki)

  9. Tes Pembelokan Mata Kaki (Pembelokan Dorsi)


  1. Saran

Apabila hendah melakukan suatu tes sebaiknya mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan. Alat yang digunakan harus diketahui seberapa besar valid, reliabel, dan obyektif.

DAFTAR PUSTAKA

  • Johnson, Bl dan Nelson, JK. 1979. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Minnesota : Burgess Publishing Company

  • Bompa, 1983. Theory and metodology Training. Tesis. Universitas Negeri Semarang.

  • Maksum, ali. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.

  • Herawati Herawati, dan Wahyuni. 2004. Latihan Peregangan untuk Meningkatkan Feksibilitas Punggung. Skipsi. Universitas Muhammadiah Surakarta.

  • :www.sportindo.com, last acces 28 April 2009

  • http;// unik-nya-kelenturan-tubuh-seorang-gadis.html